KONEKSI ANTAR MATERI
KONEKSI ANTAR MATERI
Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran
CGP_Angkatan 4_Kab. Magelang
1. Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?
Beliau tokoh pendidikan kita yang
menyampaikan Patrap Triloka (tiga semboyan) yaitu Ing ngarso sung
tuladha, ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani. semboyan tersebut
artinya adalah "di depan memberi teladan", "di tengah membangun
motivasi", dan "di belakang memberikan dukungan". Guru sebagai pamong mempunyai tugas ngemong atau menuntun anak agar segala
kodratnya dapat berkembang untuk mencapai kebahagian yang setingg-tingginya
baik untuk dirinya ataupun sebagai anggota masyarakat. Patrap Triloka tersebut
mempengaruhi guru dalam mengambil sebuah keputusan sebagai pemimpin
pembelajaran. Kadang guru berada di depan untuk memberikan teladan yang baik
bagi muridnya, kadang berada di tengah untuk menumbuhkan semangat atau motivasi
untuk maju, bahkan kadang di belakang dengan mendorong agar murid dapat
berkembang semua potensinya yang berupa kodrat alam dan kodrat zaman.
2.
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam
dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam
pengambilan suatu keputusan?
Etika berhubungan dengan karsa karena
manusia mempunyai kesadaran moral. Karsa tidak dapat dipisahkan dari manusia. Karsa
berhubungan dengan nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang dijunjung tinggi oleh
seseorang sebagai landasan untuk berperilaku. Nilai-nilai yang tertanam dalam
diri seseorang akan mempengaruhi prinsip-prinsip dalam pengambilan keputusan.
Banyak nilai-nilai kebajikan univesal yang terinternalisasi dalam diri
seseorang diantaranya cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan,
persatuan, toleransi, tanggung jawab, menghargai orang alin, kejujuran, dan
sebagainya. Dalam pendidikan calon guru penggerak ada beberapa nilai positif yang
dtanamkan sebagai kepada calon guru penggerak yaitu nilai
mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif serta berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut penting dimiliki oleh guru sebagai
pemimpin pembelajaran
Dalam menjalankan tugasnya terkadang
kita dihadapkan dengan situasi yang bersifat dilema etika atau dorongan bujukan
moral sehingga dengan berlandaskan pada nilai-nilai yang dipegang teguh dapat menjadi
landasan dalam mengambil keputusan yang efektif dan tepat. Situasi pengambilan
keputusan tersebut bisa berupa benar lawan benar atau benar lawan salah. Dengan
mendasarkan nilai-nilai universal yang telah terinternalisasi dalam diri kita
diharapkan kita dapat mengambil keputusan yang efektif dan efisien. Sebagai
pemimpin pembelajaran maka nilai-nilai mandiri, reflektif, kolaboratif,
inovatif serta berpihak pada murid sangat penting
dijadikan pijakan untuk mengambil keputusan. Hal ini sebagai pengejawantahan
dari kesadaran diri, kesadaran sosial, keterampilan berinteraksi dan kesadaran
penuh dalam pengambilan keputusan yang
bertanggungjawab.
3.
Bagaimana kegiatan terbimbing yang
kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan
'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam
perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan
keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah
efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan
keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang
telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.
Melalui kegiatan
terbimbing yang diberikan oleh pembimbing atau fasilitator semakin menguatkan
pemahaman saya setelah sebelumnya melakukan eksplorasi konsep. Karena sebelum
adanya pembimbingan dan pendampingan oleh fasilitator masih banyak konsep yang
masih samar-samar dalam melakukan coaching
karena belum dapat membedakan praktik coaching,
konseling dan mentoring. Namun
setelah pembimbingan dari fasilitator semakin jelas point penting perbedaan
antara coaching, konseling dan mentoring.
Kegiatan coaching telah membantu
keterampilan untuk menggali potensi yang dimiliki coachee untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya melalui
pertanyaan pemantiknya. Pengambilan keputusan oleh coachee melalui kegiatan coaching
dapat dikatakan telah efektif karena coach
dapat mengarahkan kepada coachee
untuk mengambil keputusan yang terbaik bagi dirinya. Kemudian keputusan
tersebut dilanjutkan dengan rencana aksi nyata yang dilakukan dengan penuh
tanggung jawab.
Kegiatan coaching sangat membantu dalam membuat
keputusan. Kegiatan ini sebagai bentuk untuk mewujudkan merdeka belajar. Coaching dapat dilakukan dengan model TIRTA. Sebagai guru seharusnya memiliki keterampilan coaching. Hal ini penting mengingat tujuan coaching, yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih
merdeka. TIRTA adalah
satu model coaching yang diperkenalkan dalam Program Pendidikan Guru Penggerak
saat ini. TIRTA dikembangkan dari Model GROW. GROW adalah akronim dari Goal (tujuan), Reality (hal-hal yang nyata),
Options (pilihan ), dan Will (keinginan untuk maju. Sedangkan TIRTA akronim dari (Tujuan, Identifikasi,
Rencana Aksi dan Tanggung Jawab)
4.
Bagaimana kemampuan guru dalam
mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan?
Kompetensi sosial emosional seperti kesadaran diri,
pengelolaan diri, kesadaran sosial, kemampuan berhubungan dengan orang lain dan
pengambilan keputusan yang bertanggungjawab sangat dibutuhkan guru dalam
menjalankan tugasnya. Karena guru sering dihadapan dengan kasus yang harus
diputuskan dengan efektif dan efisien,maka pengambilan keputusan yang dilakukan guru sangat dipengaruhi oleh
kompetensi sosial dan emosionalnya. Dengan nilai-nilai yang melekat pada diri
guru akan membawa prinsip-prinsip dalam pengambilan keputusan. Prinsip
pengambilan keputusan dipengaruhi oleh aspek sosial emosionalnya guru. Jika
guru mempunyai kemampuan untuk mengelola kompetensi sosial emosionalnya maka
keputusan yang diambil pasti dilakukan dengan kesadaran penuh (mindfulness) apa yang sedang dilakukan
dengan penuh perhatian.
5.
Bagaimana pembahasan studi kasus
yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut
seorang pendidik.
Seorang pendidik akan selalu dihadapkan pada masalah moral
atau etika. Jika mereka mendasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal dan
prinsip-prinsip hidup yang positif maka pengambilan keputusan yang dianut
pendidik akan lebih efektif dan tepat dibandingkan mereka yang tidak
mendasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal. Nilai-nilai yang dimiliki
pendidik sebagai calon guru penggerak adalah reflektif, mandiri, inovatif,
kolaboratif dan berpihak pada murid.
Berdasarkan nilai tersebut maka dapat dipastikan pendidik dalam memutuskan
masalah pembelajaran yang dihadapi akan mendasarkan nilai-nilai kebajikan
universal, berpihak pada murid dan dilakukan dengan penuh tanggung jawab.
6.
Bagaimana pengambilan keputusan yang
tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif,
aman dan nyaman.
Pengambilan keputusan yang tepat akan
berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan
nyaman. Hal ini karena pengambilan keputusan
yang tepat telah memperhatikan berbagi hal dengan analisis yang cermat sehingga
akan meminimalisir dampak negatif. Dalam pengambilan keputusan yang tepat
tentunya telah menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Jika
langkah-langkah itu telah dilalui maka pengambilan keputusan akan lebih efektif
dan efisian. Langkah-langkah tersebut dimungkinkan telah mengakomodasi
pihak-pihak yang terlibat dalam situasi kasus yang dihadapi sehingga keputusannya
tepat dan efisien. Jika keputusan yang diambil tepat dan efisien lingkungan
menjadi kondusif, aman dan nyaman.
7.
Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan
di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan
keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah
perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Menurut saya ya. Karena selama ini pengambilan keputusan
lebih cenderung mendasarkan pada peraturan-peraturan yang kaku dan terkadang
peraturan tersebut belum sepenuhnya berpihak pada murid. Sedangkan dalam
situasi dilema etika maka diharapkan pengambilan keputusan mendasarkan kepada
kebajikan universal dan berpihak pada murid serta dapat dipertanggungjawabkan. Pengambilan
keputusan yang sulit dilaksanakan terhadap kasus-kasus dilema etika karena
sistem yang sudah berlaku selama ini serta perubahan paradigma dalam
pengambilan keputusan yang sudah berlaku selama ini. Oleh karena itu sering
menimbulkan hambatan saat proses pengambilan keputusan dan pelaksanaannya.
8.
Dan pada akhirnya, apakah pengaruh
pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan
murid-murid kita?
Menurut pendapat saya pengambilan keputusan yang
kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid jika mendasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal,
berpihak pada murid dan dapat dipertanggungjawabkan. Semua itu dapat dilakukan
dengan menerapkan 9 langkah pengambilan keputusan dan pengujian. Namun jika
pengambilan keputusan tidak mendasarkan nilai-nilai kebajikan universal dan
berpihak pada murid dan tidak dilakukan dengan tanggung jawab maka pengambilan
keputusan tersebut belum memerdekaan murid kita. Dalam pengajaran yang berpihak
pada murid jika guru telah melakukan kebutuhan belajar murid berdasarkan kesiapan belajar, minat dan
profil belajar murid yang terakomodasi dalam pembelajaran diferensiasi. Dengan
pembelajaran diferensiaasi maka guru menyajikan diferensiasi konten, proses dan produk
sehingga pembelajaran dan pengajaran ini merupakan sebuah keputusan yang
memerdekakan murid.
9.
Bagaimana seorang pemimpin
pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa
depan murid-muridnya?
Seorang pemimpin pembelajaran dalam
mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya karena dengan pengambilan keputusan yang tepat dan
efisien maka mendorong muridnya untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Murid
menjadi lebih aktif, kreatif dan inovatif dan terlibat dalam pembelajaran dengan
kesadaran penuh (miindfulness)
sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Pembelajaran yang bermakna bagi
murid akan mempengaruhi masa depan murid
murid-muridnya. Dengan kesadaran penuh mereka dapat mengambil manfaat
pembelajaran yang dilakukan sehingga akan bermakna bagi dirinya saat ini dan
masa depan.
10. Apakah
kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan
keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Kesimpulan
materi modul ini dan keterkaitannya dengan modul lainnya yaitu:
a.
Sebagai guru
selalu menerapkan Patrap Triloka (tiga semboyan) yaitu Ing ngarso sung
tuladha, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani. Hal itu sebagai bekal untuk menuntun segala kodrat yang dimiliki anak agar
dapat menemukan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik bagi dirinya atau
sebagai anggota masyarakat.
b.
Untuk mewujudkan merdeka belajar maka
guru senantiasa dapat memenuhi kebutuhan belajar murid dengan melakukan
pemetaan kebutuhan belajarnya berdasarkan kesiapan belajarnya, minat dan profil
belajar murid. Hal ini dlakukan dengan dengan menerapkan pembelajaran
berdiferensial.
c.
Dalam membentuk karakter murid menuju
profil pelajar Pancasila dapat dilakukan dengan melakukan pembelajaran sosial
emosial melalui kegiatan rutin, terintegrasi dalam mata pelajaran dan protokol.
d.
Potensi murid dapat dilejitkan melalui
kegiatan coaching sehingga permasahan
yang dihadapi murid dapat dicarikan solusi dengan potensi yang dimilikinya,
sehingga dapat melancarkan sumbatan yang menghambat potensinya.
e.
Dalam pengambilan keputusan di sekolah
hendaknya mendasarkan pada nilai-nilai
kebajikan universal, berpihak pada murid, dan dilakukan dengan penuh tanggung
jawab.
f.
Pengambilan keputusan dilakukan dengan
kesadaran penuh (mindfulness) dengan menerapkan 9 langkah pengambilan dan
pengujian keputusan sehingga keputusan yang diambil tepat, efektif dan efisien.

Komentar
Posting Komentar