AKSI NYATA MODUL 3.1 Mengawal Talenta Anak melalui Kegiatan Kesiswaan Menuju Profil Pelajar Pancasial (Sebuah Dilema Etika)

 

AKSI NYATA MODUL 3.1 a 10

Mengawal Talenta Anak melalui Kegiatan Kesiswaan

Menuju Profil Pelajar Pancasila

(Sebuah Dilema Etika)

 

Peristiwa (Facts)

A.    Latar Belakang

Tidak terasa bahwa diklat calon guru penggerak sudah sampai pada modul 3.1 yang membahas tentang Pengambilan Keputusan Yang Bertanggung Jawab. Semua modul yang dipelajari dalam diklat tersebut sangat menarik yang belum diperoleh ketika duduk di bangku kuliah. Isinya sangat bagus untuk mendukung tugas guru dalam memberikan pelayanan kepada murid. Murid merupakan anak yang diharus dilayani dengan menghamba kepada anak sehingga segala kodrat yang dimiliki dapat berkembang secara maksimal. Terkadang hal itu mudah kita sampaikan tetapi kenyataannya sering mengalami berbagai kendala karena di ekosistem pendidikan banyak faktor yang berkaitan untuk melakukan perubahan.

Sebagai guru wajib melejitkan potensi anak agar dapat berkembang secara maksimal. Kita ketahui bahwa murid yang kita didik adalah manusia yang secara kodrat mempunyai talenta yang dapat dilejitkan sehingga memperoleh kebahagian yang setinggi-tingginya baik bagi dirinya maupun sebagai anggota masyarakat. Terkait dengan hal itu maka sering ada kendala yang muncul setiap waktu bisa berasal dari faktor interen maupun faktor ekstern.

Ketika kita melihat ketentuan dalam RKS kegiatan yang dapat didanai dari pemerintah melaui dana BOS dan BOP sudah ada nomor rekeningnya dimana sekolah tidak dapat menggunakan sesuai dengan kebutuhan sekolah secara bebas namun harus mengaju pada ketentuan dalam BOS maupun BOP. Ketentuan seperti itu membuat gerak sekolah untuk melejitkan talenta anak menjadi terhambat. Misalnya jika ada anak yang mempunyai talenta di bidang olah raga dan seni. Selama ini diminta anak-anak untuk melejitkan talenta tersebut agar anak mempunyai olah rasa, olah hati dan olah raga. Namun kenyataannya terkendala adanya dana. Kita tahu bahwa untuk mengawal talenta tersebut membutuhkan dana yang tidak sedikit.

Di sekolah saya selain tugas utama mengajar diberikan tugas tambahan sebagai Wakil Kepala Sekolah Urusan Kesiswaan. Dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh Majelis Pembimbing OSIS (MPO) dan pembina ekstrakurikuler. Ada 12 orang anggota MPO yang bertanggungjawab dalam tim kesiswaan. Mereka bertanggungjawab untuk membimbing di bidang  Keimanan dan Ketakwaan Tuhan Yang Maha Esa, Budi Pekeri Luhur atau Akhlak Mulia, Kepribadiaan Unggul, Wawasan Kebangsaan dan Bela Negara, Prestasi Akademik, Seni, dan Olahraga Sesuai Bakat dan Minat, Demokrasi, HAM, Pendidikan Politik, Lingkungan Hidup dan Toleransi Sosial, Kreativitas, Ketrampilan, dan Kewirausahaan, Kreativitas Jasmani, Kesehatan dan Gizi, Sastra dan Budaya, Teknologi Informasi dan Komunikasi, Komunikasi Dalam Bahasa Inggris.

Sesuai dengan program kerja di bidang kesiswaan bahwa setiap bidang dalam kegiatan OSIS dilakukan karena dapat mendukung terwujudnya profil pelajar Pancasila. Namun dalam BOS dan BOP tidak didukung dengan dana yang ada karena tidak ada nomor rekeningnya sehingga sering menimbulkan dilema etika. Disisi lain harus melakukan kegiatan untuk melejitkan potensi anak namun disisi lain harus tunduk pada penggunaan anggaran yang telah di atur dalam nomor rekening BOS dan BOP. Jika tidak sesuai dengan nomor rekeningnya maka bendahara tidak berani mengeluarkan dana walaupun kegiatan tersebut diperuntukan untuk melejitkan potensi anak menuju profil pelajar Pancasila melalui merdeka belajar. Disinilah bagian kesiswaan sering mengalami dilema etika. Misalnya jika ada lomba yang bersifat non akademik seperti olah raga dan seni maka kepala sekola memberikan disposisi untuk mengikuti lomba yang dapat melejitkan talenta anak sekaligus jika hasilnya menang akan mengangkat nama sekolah dan dikenal oleh masyarakat luas. Namun dukungan dana tidak ada sementara jika memungut dana dari orang tua tidak diperbolehkan. Hal itu berbeda dengan kegiatan akademik yang nomor rekeningnya jelas ada sehingga ketika akan mengikuti lomba tersedia dananya.

Dilema etika yang dihadapi bagian tim kesiswaan yang berkaitan dengan kebutuhan dana dalam menuntun kodrat anak agar dapat melejitkan talentanya sering membuat mereka kebingunan untuk membuat keputusan. Namun apapun keputusan yang diambil selalu dipertimbangkan untuk berpihak pada anak.

Berkaitan dengan hal tersebut maka aksi nyata yang berhubungan dengan modul 3.1 tentang Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran yang berhubungan dengan dilema etika yaitu “Mengawal Talenta Anak melalui Kegiatan Kesiswaan Menuju Profil Pelajar Pancasila”. Untuk memberikan pemahaman yang sama tentang upaya memberikan pelayanan kepada anak untuk melejitkan talentinya sering mengalami dilema karena berbagai faktor maka sosialisasi tentang pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran sangat penting karena didalamnya memuat paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika.

 

B.     Alasan Mengapa Aksi Nyata dilakukan

Kita ketahui bahwa setiap anak mempunyai talentanya yang unik. Masing-masing anak mempunyai bakat bawaan berupa talenta yang dapat berkembang dengan tuntunan dari guru sehingga dapat mencapai kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik bagi dirinya maupun masyarakat.

Di sekolah jika guru memahami talenta anak sebetulnya dapat memberikan pelayanan  prima untuk melejitkan talentanya tersebut. Melalui aksi nyata yang dilakukan di sekolah dalam melejitkan potensi anak dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan baik yang bersifat akademik dan non akademik.

Selama ini pengembangan kegaiatan non akademik sering terabaikan dibandingkan dengan aspek akademik. Hal itu dapat dilihat dari rancangan RKAS yang bersumber dari dana BOS dan BOP bahwa rekeningnya yang diperuntungan hanya menyangkut aspek  akademik. Sedangkan kegiatan di sekolah tidak hanya yang bersifat akademik tetapi non akademik juga harus dilakukan agar talenta anak dapat berkembangan secara maksimal. Oleh karena itu maka saya melakukan aksi nyata berupa  “Mengawal Talenta Anak melalui Kegiatan Kesiswaan Menuju Profil Pelajar Pancasial”. Alasan yang mendasari melakukan aksi nyata tersebut yaitu:

1.      Setiap anak mempunyai talenta yang unik

Tidak dapat dipungkuri secara kodrati setiap anak mempunyai talentanya masing-masing yang unik karena itu maka pembelajaran dapat mengakomodasi kebutuhan belajar murid sebagai bekal masa depannya. Tugas guru menuntun segala kodratnya agar berkembang secara maksimal.

2.      Mewujudkan merdeka belajar

Upaya untuk mewujudkan merdeka belajar sesuai dengan kebutuhan belajar anak. Maka pembelajaran berdiferensiasi dan sosial emosiona sangat penting. Dalam kegiatan keiswaan untuk mengembangkan talentas anak dapat dilakukan melalui Kegiatan OSIS, Latihan Kepemimpinan dan ekstrakurikuler sesuai dengan bakat dan minatnya.

3.      Mewujudkan profil pelajar Pancasila

Dalam mewujudkan profil pelajar Pancasila pada bidang kesiswaan dapat dilakukan melalui pengembangan bakat minat melalui 10 sekbid dalam kegiatan OSIS. Profil pelajar Pancasila merupakan  pelajar yang terbangun utuh keenam dimensi pembentuknya. Dimensi ini antara lain: 1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia; 2) Mandiri; 3) Bergotong-royong; 4) Berkebinekaan global; 5) Bernalar kritis; 6) Kreatif.

4.      Kegiatan Sekolah beragam

Sekolah yang baik dapat mewadahi aktivitas murid dalam mengembangkan bakat dan minatnya melalui kegiatan yang dikendalikan oleh OSIS. Kegiatan itu dapat berupa akademik maupun non akademik. Pada bagian  kesiswaan bertugas mengawal potensi yang berupa talenta sesuai dengan bakat dan minatnya dapat potensinya dapat berkembang.

5.      Kegiatan Kesiswaan mewadahi aspirasi anak

Kegiatan kesiswaan yang dapat mewadahi aspirasi anak dapat dikelompokkan dalam kegiatan sekretaris bidang Keimanan dan Ketakwaan Tuhan Yang Maha Esa, Budi Pekeri Luhur atau Akhlak Mulia, Kepribadiaan Unggul, Wawasan Kebangsaan dan Bela Negara, Prestasi Akademik, Seni, dan Olahraga Sesuai Bakat dan Minat, Demokrasi, HAM, Pendidikan Politik, Lingkungan Hidup dan Toleransi Sosial, Kreativitas, Ketrampilan, dan Kewirausahaan, Kreativitas Jasmani, Kesehatan dan Gizi, Sastra dan Budaya, Teknologi Informasi dan Komunikasi, Komunikasi Dalam Bahasa Inggris

 

C.    Hasil Aksi Nyata yang sudah dilakukan

Setelah mempelajari modul 3.1 tentang pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran ada hal baru yang dapat diambil. Bahwa jika terjadi  situasi dimana guru harus membuat sebuah keputusan yang saling bertetangan maka salah satunya harus berpedoman pada nilai-nilai universal. Karena nilai-nilai universal tersebut telah dijunjung tinggi oleh manusia yang beradab yang sangat berguna sebagai pegangan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Selain itu pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran harus berpihak pada murid. Hal ini didasari bahwa murid atau anak sebagai orang yang sedang mempelajari nilai-nilai dan norma dalam masyarakat. Mereka mempunyai masa depan yang luas untuk diwujudkan maka jika mengambil keputusan yang menyangkut dengan kepentingan anak maka keputusan tersebut berpihak pada anak. Jangan merugikan anak  untuk meraih masa depan yang terbentang luas dalam menggapai asanya. Hal yang juga tidak boleh dianggap sepele jika sudah menjatuhkan keputusan maka harus dilakukan secara bertanggungjawab. Tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil sangat penting karena dalam mengambil keputusan pastinya telah memperhatikan 9 langkah pengambilan keputusan dan pengujian keputusan pada situasi dilema etika tersebut.

Hasil aksi nyata saya yang sudah dilakukan adalah sebagai sebagai berikut:

1.      Melakukan sosialasi tentang pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.

Modul 3.1 telah disosialisasikan pada kepala sekolah, wakil kepala sekolah, tim kesiswaan majelis pembimbing OSIS, Guru BK, dan tim prestasi sekolah. Hal ini penting karena yang sering banyak menghadapi dilema etika dalam pengambilan keputusan adalah orang-orang tersebut.

2.      Melakukan praktik pengambilan keputusan terhadap kasus dengan rekan sejawat

Untuk meningkatkan keterampilan dalam pengambilan keputusan agar tepat dan berpihak pada murid, maka perlu melakukan praktek 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Jika ada rekan sejawat atau murid yang sedang menghadapi dilema etika maka dapat diambil keputusannya setelah melakukan 9 langkah tersebut.

3.      Memberikan pelayanan anak dalam mengembangkan talentanya

Untuk melejitkan potensi anak dilakukan pembimbingan dan dalam pengembangan bakat dan minat melalui wadah ekstrakurikuler yang diadakan di sekolah.

4.      Membantu rekan sejawat yang menghadapi dilema etika

Dalam menghadapi situasi dilema etika yang sedang dihadapi oleh rekan sejawat kita dapat membantunya dengan menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan sehingga keputusan yang diambil tepat dan berpihak pada anak.

 

Perasaaan (Feeling)

Ketika melakukan aksi nyata sebagai implementasi modul 3.1 tentang pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran banyak materi baru yang dapat dijadikan sebagai landasan guru  dalam mengambil keputusan. Pada modul ini ini paling tidak ada tiga hal yang penting yang dapat dimplementasikan guru dalam menghadapi dilema etika.  Materi tersebut antara lain bahwa calon guru penggerak harus dapat membedakan dilema etika dan bujukan moral, mengidentifikasikan jenis-jenis dilema moral, dan dapat menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

Sebagai Wakasek Urusan Kesiswaan yang harus dapat mengawal talenta anak agar dapat melejitkannya bagaikan air mengalir tanpa hambatan menuju kebebasan samudera luas maka harus melakukan kolaborasi dengan tim kesiswaan agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Melejitkan talenta anak tidak hanya terbatas pada bidang akademik tetapi juga bidang non akademik yang beraneka ragam dengan dana yang terbatas bahkan tidak ada sumber dana yang digunakan dalam RKAS yang bersumber dari dana BOS dan BOP.

Terkadang muncul perasaan kecewa dan sedih mengapa anak yang mempunyai talenta di bidang seni, olah raga sebagai pengembangan olah hati, olah rasa dan olah raga tidak ada sumber dananya. Padahal itu potensi yang luar biasa yang dimiliki anak. Ada beberapa anak yang berbakat di bidang seni mau lomba tidak ada dananya padahal harus mengeluarkan dana baik untuk pendaftaran, latihan, dan sewa alat. Demikian juga anak yang berbakat di bidang olah raga mau mengikuti lomba tidak dapat dibiayai dari dana BOS dan BOP. Sementara anak tersebut benar-benar mempunyai bakat dalam bidang non akademik tersebut. Lalu apakah kita sebagai tim kesiswaan tinggal diam tidak berbuat dan mematikan kreativitas serta talenta anak untuk berkembang?  Jawabannya mestinya tidak, kita jangan mematikan talenta anak untuk berkembang apapun keputusan yang diambil harus berpihak pada anak.

Tim kesiswaan memang merasakan ada sesuatu yang kurang proporsional terhadap bidang akademik. Karena dalam bidang akademik dapat dibiayai dengan sumber dana BOS dan BOP. Ini secara tegas tercantum dalam nomor rekening yang diperuntukan dalam dana BOS maupun BOP. Misalnya kalau ada lomba OSN (Olimpiade Sains Nasional) dana tersebut boleh dipergunakan untuk membiayainya baik ketika pembimbingan dan pelaksanaan. Termasuk dalam pelatihan dari ketika mendatangkan nara sumber dari luar. Biaya konsumsi pun juga diperbolehkan.

Melihat situasi seperti ini dari tim kesiswaan sering menimbulkan dilema etika mau mengikuti lomba apa tidak. Sebab sering berhadapan dengan bendahara sekolah terkait dengan dana yang dibutuhkan. Bendahara BOS dan BOP tidak berani mengeluarkan anggaran karena tidak diatur dalam nomor rekening sesuai dengan peruntukannya. Sedangkan tim kesiswaan mendapatkan disposisi dari kepala sekolah untuk mengikuti lomba. Tetapi dengan berbagai cara agar kreativitas untuk melejitkan potensi anak tetap berkembang maka tim kesiswaan sering memutuskan untuk tetap mengikut lomba walaupun tidak ada dananya.  sedangkan dana yang dibutuhkan mencari jalan lain dengan kolaborasi dengan anak untuk mencari jalan keluarnya.

 

Pembelajaran (Findings)

Ada pembelajaran yang dapat diambil dalam mempelajari modul 3.1 tentang pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Bahwa untuk melejitkan talenta yang dimiliki anak sering mengalami berbagai kendala yang dalam situasi dilema. Namun sebagai pemimpin pembelajaran yang dituntut untuk mengambil keputusan yang tepat maka dapat menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan dalam situasi dilema.

Dalam pengambilan keputusan untuk melejitkan talenta anak maka kita harus mendasarkan pada nilai-nilai universal yang diakui oleh bangsa yang beradab. Karena nilai-nilai universal tersebut diyakini kebenarannya dan jadikan pegangan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Selain itu kita dalam mengambil keputusan yang menyangkut pada anak maka harus berpihak pada anak. Karena anak sedang dalam menuju kedewasaan yang mempunyai cita-cita dan masa depan yang akan diraihnya. Keputusan yang diambil diupayakan menguntungkan anak demi meraih masa depan yang gemilang. Apabila keputusan tersebut telah diambil maka harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral baik kepada Tuhan YME dan pihak lain yang berkepentingan sehingga apapun resiko yang mungkin muncul akibat dari kebuputusan tersebut dapat diantisipasi sejak awal.

Pembelajaran yang di dapat dalam pengambilan keputusan dalam menghadapi situasi dilema oleh tim kesiswaan dalam mengawal talenta anak melalui kegiatan kesiswaan menuju profil pelajar Pancasila adalah sebagai berikut:

1.         Guru yang tergabung sebagai tim kesiswaan harus dapat memiliki kompetensi pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian. Sebagai tim kesiswaan kompetensi tersebut hendaknya sudah terinternalisasi dalam setiap sikap dan perbuataannya dalam menjalankan tugasnya sebagai guru atau tugas tambahan yang diberikan sekolah. Hal ini penting mengingat kegiatan kesiswaan menyangkut berbagai aktivitas murid yang kadang berhubungan  permasalahan  yang harus diputuskan dengan cepat dan tepat.

2.         Guru mempunyai berbagai tugas yang banyak harus diselesaikan dalam waktu yang bersamaan. Maka diperlukan managemen waktu yang tepat sekaligus dapat mengambil keputusan yang tepat. Jika keputusannya menyangkut kepentingan anak maka diusahakan keputusan yang diambil sebagai pemimpin pembelajaran selalu berpihak pada anak. Karena tugas guru menuntun kodrat anak agar mencapai kebahagiaan yang setinggi-tinggi pada anak. 

3.         Guru perlu ditanamkan secara terus menerus  sikap saling asah asih dan asuh sehingga peka terhadap permasalahan yang dihadapi untuk mencari jalan keluar yang lebih bijak terutama dalam mengambil keputusan yang berpihak pada murid.

4.         Guru dalam menghadapi situasi dilema etika yang menyangkut persoalan murid diperlukan kolaborasi dengan rekan sejawat sehingga keputusan yang diambil benar-benar berpihak pada murid. Hak ini dilakukan dengan menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

5.         Guru dalam memutuskan sebuah dilema etika hendaknya selalu mendasarkan pada nilai-nilai universal yang diyakini kebenarannya oleh bangsa yang beradab. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral terhadap Tuhan YME.

6.         Guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin pembelajaran dapat mengembangkan kompetensi resiliensi (daya lenting) sehingga dapat menghadapi berbagai situasi dan tantangan. Berbagai hambatan yang muncul dapat diselesaikan seiring dengan wawasan  atau cara padang dengan mendasarkan pada paradigma yang tepat. 

 

Penerapan ke depan (Future)

Ketika menghadapai situasi dilema etika dan bujukan kesadaran moral, guru perlu menjalin kolaborasi dengan rekan sejawat agar keputusan yang diambil berpihak pada murid. Murid sebagai pribadi yang utuh yang teridiri dari jiwa dan raga yang perlu dituntun segala kodratnya agar dapat memperoleh kebagian yang setinggi-tingginya baik bagi dirinya maupun sebagai anggota masyarakat.

Melalui materi yang diuraikan dalam modul 3.1 tentang pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran banyak manfaat aplikatif yang dapat diimplementasikan guru ketika sedang menghadapi situasi dilema etika. Kita dapat menerapkan berbagai pendekatan yang sesuai dengan situasi yang terjadi. Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini: individu lawan masyarakat (individual vs community) rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy) kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty).

Dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran yang tepat yaitu pengambilan keputusan berbasis etika, sesuai visi misi yang berpihak pada murid, budaya positif serta nilai-nilai universal yang dianggap penting dalam sebuah institusi sehingga prinsip-prinsip dasar yang menjadi acuan akan jelas yang mewujudkan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman sehingga tercipta profil pelajar pancasila.

Jika guru dalam menghadapi dilema etika dapat menggunakan pendekatan yang tepat dan melakukan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan maka keputusan yang diambil dapat dipastikan benar. Seharusnya ke depan guru dapat mengimplementasikan pengambilan keputusan dan pengujian melalui 9 langkah yang dipelajari dalam modul ini.

Jika guru sedang menghadapi dilema etika maka pengambilan keputusan dan pengujian yang digunakan 9 langkah sebagai berikut:

1.   Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan

2.   Menentukan siapa saja yang terlibat

3.   Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan

4.   Pengujian benar atau salah yang didalamnya terdapat uji legal, uji regulasi, uji    intuisi, uji halaman depan koran, uji keputusan panutan/idola

5.  Pengujian paradigma benar lawan benar

6.   Prinsip Pengambilan Keputusan

7.  Investigasi Opsi Trilemma

8.  Buat Keputusan

9.  Tinjau lagi keputusan Anda dan refleksikan

 

DOKUMEN AKSI NYATA MODUL 3.1

Kegaiatan Sosialiasasi Modul 3.1 Kepada Kepsek, Wakasek, Guru BK, MPO, Guru BK





Kegiatan Praktik Membuat Keputusan Berdasarkan 9 Langkah pada Situasi Dilema Etika



Melejitkan Potensi Anak Melalui POPDA Juara 2 Tingkat Eks Karesidenan Kedu


Kegiatan Pengembangan Talenta Anak dalam Bidang Seni Diminta Kabupaten dalam Pencanangan Kampung Pancasila



 






 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penerapan Pembelajaran Kompetensi Sosial Emosional dalam Mata Pelajaran PPKn untuk membentuk Karakter Menuju Profil Pelajar Pancasila